1. Lafadz ayat
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ
وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (153) وَلا تَقُولُوا لِمَنْ
يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
(154) }
2. Terjemah
Hai orang-orang
yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolong kalian, sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kalian mengatakan terhadap
orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan
(sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kalian tidak menyadarinya.
3. Makna kata :
{ الاستعانة } al-Isti’anah : Memohon pertolongan dalam
perkataan dan perbuatan.
{ الصبر } ash-Shabr : Menahan diri untuk
menghindari hal yang dibenci serta tegar menghadapi hal-hal yang tidak disukai.
4. Tafsir ayat
Allah
memerintahkan hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa meminta kepada Allah
dalam segala urusan mereka baik agama maupun dunia dengan sabar dan sholat. Pada
ayat sebelumnya setelah Allah Swt. menerangkan
perintah untuk bersyukur kepada-Nya, maka melalui ayat ini, Allah
menjelaskan perintah sabar dan hikmah yang terkandung di dalamnya Ketika kita menjadikan sabar dan salat
sebagai penolong. Ketika
kita berada dalam kenikmatan, lalu kita mensyukurinya; maka kita akan memperoleh kebaikan, atau Ketika kita
mendapat cobaan,
lalu kita sabar
menjalaninya,maka kita akan memperoleh kebaikan .
Sebagaimana yang disebutkan oleh sebuah hadis yang mengatakan:
"عَجَبًا لِلْمُؤْمِنِ. لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ قَضَاءً
إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ، فَشَكَرَ، كَانَ خَيْرًا
لَهُ؛ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ فَصَبَرَ كَانَ خَيْرًا لَهُ".
Mengagumkan
perihal orang mukmin itu. Tidak sekali-kali Allah menetapkan suatu ketetapan
baginya, melainkan hal itu baik belaka baginya. Jika dia mendapat kesenangan,
maka bersyukurlah dia yang hal ini adalah lebih baik baginya; dan jika tertimpa
kesengsaraan, maka bersabarlah dia yang hal ini adalah lebih baik baginya.
Tidak saja
melimpahkan nikmat-Nya, Allah juga menimpakan berbagai cobaan kepada orang yang
beriman. Karena itu, Allah meminta mereka bersabar dan terus melaksanakan
salat. Wahai orang-orang yang beriman! mohonlah pertolongan kepada Allah, baik
dalam rangka melaksanakan kewajiban, menjauhi larangan, maupun menghadapi
cobaan, yaitu dengan sabar dan salat yang disertai rasa khusyuk, sungguh, Allah
beserta orang-orang yang sabar dengan memberikan pertolongan dan keteguhan hati
dalam menghadapi segala cobaandi antara cobaan yang dihadapi orang mukmin dalam
mempertahankan keimanan mereka adalah berperang melawan kaum kafir.
Wahai sahabat…mari kita Jalani kehidupan
dunia yang merupakan darul bala ( tempatnya ujian ) dengan sikap sabar dan banyak
salat, seperti yang dijelaskan di dalam firman-Nya:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّها لَكَبِيرَةٌ إِلَّا
عَلَى الْخاشِعِينَ
Jadikanlah
sabar dan salat sebagai penolong kalian. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Al-Baqarah: 45)
5. Hadis -hadis Yang menguatkan
Di dalam sebuah
hadis disebutkan bahwa:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
حَزَبَه أَمْرٌ صَلَّى
Rasulullah Saw.
apabila mendapat suatu cobaan, maka beliau mengerjakan salat.
Hadis tentang keutamaan orang yang sabar
Ali ibnul
Husain Zainul Abidin mengatakan, apabila Allah menghimpun semua manusia dari
yang pertama hingga yang terakhir, maka terdengarlah suara seruan, "Di
manakah orang-orang sabar? Hendaklah mereka masuk ke surga sebelum ada hisab
(tanpa hisab)!" Maka bangkitlah segolongan manusia, lalu mereka bersua
dengan para malaikat yang bertanya kepada mereka, "Hendak ke manakah
kalian, hai anak Adam?" Mereka menjawab, "Ke surga." Para
malaikat bertanya, "Sebelum ada hisab?" Mereka menjawab,
"Ya." Para malaikat bertanya, "Siapakah kalian?" Mereka
menjawab, "Kami adalah orang-orang yang sabar." Para malaikat bertanya,
"Apakah sabar kalian?" Mereka menjawab, "Kami sabar dalam
mengerjakan taat kepada Allah dan sabar dalam meninggalkan maksiat terhadap
Allah, hingga Allah mewafatkan kami." Para malaikat berkata, "Kalian
memang seperti apa yang kalian katakan, sekarang masuklah kalian semua ke dalam
surga, maka sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal adalah kalian."
6. Bagaimana kita mengamalkan?
Sabar secara bahasa berarti al habsu yaitu
menahan diri.
Sedangkan secara syar’i, sabar adalah
menahan diri dalam tiga perkara : (1) ketaatan kepada Allah, (2) hal-hal yang
diharamkan, (3) takdir Allah yang dirasa pahit (musibah).
a. Sabar dalam Ketaatan
Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada
Allah yaitu seseorang bersabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Dan perlu
diketahui bahwa ketaatan itu adalah berat dan menyulitkan bagi jiwa seseorang.
Terkadang pula melakukan ketaatan itu berat bagi badan, merasa malas dan lelah
(capek). Misalnya malam-malam harus
bangun tahajud, harus menahan makan dan minum saat shaum apalagi dalam melakukan
ketaatan terkait harta seperti dalam masalah zakat, terasa berat saat harus
mengeluarkan zakat,infak sedekah, terasa berat harus mengeluarkan uang untuk
berhaji, dan melakukan rangkaian haji juga harus memiliki fisik yang kuat, Intinya,
namanya ketaatan itu terdapat rasa berat dalam jiwa dan raga sehingga butuh
adanya kesabaran dan dipaksakan.
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah
mengatakan pula bahwa dalam melakukan ketaatan itu butuh kesabaran yang terus
menerus dijaga karena :
(1) Ketaatan itu akan membebani seseorang
dan mewajibkan sesuatu pada jiwanya,
(2) Ketaatan itu terasa berat bagi jiwa,
karena ketaatan itu hampir sama dengan meninggalkan maksiat yaitu terasa berat
bagi jiwa yang selalu memerintahkan pada keburukan. –Demikianlah perkataan
beliau-
b. Sabar dalam Menjauhi Maksiat
Ingatlah bahwa jiwa seseorang biasa
memerintahkan dan mengajak kepada kejelekan, maka hendaklah seseorang menahan
diri dari perbuatan-perbuatan haram seperti berdusta, menipu, makan harta
dengan cara bathil dengan riba dan semacamnya, berzina, minum minuman keras,
mencuri dan berbagai macam bentuk maksiat lainnya.
Seseorang harus menahan diri dari hal-hal
semacam ini sampai dia tidak lagi mengerjakannya dan ini tentu saja membutuhkan
pemaksaan diri dan menahan diri dari hawa nafsu yang mencekam.
c. Sabar
Menghadapi Takdir yang Pahit
Takdir Allah
itu ada dua macam, ada yang menyenangkan dan ada yang terasa pahit. Untuk
takdir Allah yang menyenangkan, maka seseorang hendaknya bersyukur. Dan syukur
termasuk dalam melakukan ketaatan sehingga butuh juga pada kesabaran dan hal
ini termasuk dalam sabar bentuk pertama di atas. Sedangkan takdir Allah yang
dirasa pahit misalnya seseorang mendapat musibah pada badannya atau kehilangan
harta atau kehilangan salah seorang kerabat, maka ini semua butuh pada
kesabaran dan pemaksaan diri. Dalam menghadapi hal semacam ini, hendaklah
seseorang sabar dengan menahan dirinya jangan sampai menampakkan kegelisahan
pada lisannya, hatinya, atau anggota badan.
7. Pahala tanpa batas bagi orang yang bersabar
إِنَّما يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسابٍ
Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa hisab
(batas). (Az-Zumar: 10)
Sa'id ibnu
Jubair mengatakan bahwa sabar itu merupakan pengakuan seorang hamba kepada
Allah atas apa yang menimpanya, dan ia jalani hal ini dengan penuh ketabahan
karena mengharapkan pahala yang ada di sisi-Nya.