Kunjungan ke Ranjangmu
Oleh : Yuliyanto
Sore ini kala jelang magrib, pelan-pelan kuletakkan kakimu bersamaan dengan perut, pundak, dan kepala. Bertiga kami kompak menerima, mengangkat, dan lalu meletakkan di atas ranjang terakhirmu. Ranjang terindah tanpa kaki, ranjang terindah di bawah tanah.
Kubuka kain yang menutupi ujung kakimu, kusentuhkan keranjangnya. Aku pun bergeser menuju ke mahkota yang selalu engkau jaga. Kubuka kain penutup mahkotamu, kuletakkan pula di ranjang terakhirmu. Agar sedikit nyaman, kuberi engkau bantal sekepalan tangan ku. Segera kututup kain yang tadinya aku buka.
Setelah semua kain terurai ikatannya, satu persatu bambu 90 cm itu kususun rapi menutupi tubuh mu. Kepasrahanmu akan nasib di pembaringan terakhirmu. Sekitar 30 batang bambu disusun rapi hampir tiada bercelah.
Perlahan tapi pasti, satu cangkul, 2 cangkul, 3 cangkul, bahkan satu senggrong, 2 senggrong, dan 3 senggrong mengungkit tanah yang menutupi sedikit demi sedikit pembaringan yang telah engkau tempati.
Sejurus kemudian, sempurnalah. Tertutup rapat tiada celah untuk bisa kembali lagi. Selamat jalan kawan, kelak aku akan diperlakukan seperti itu oleh sahabatku yang lain.
#######
Sur Ranjang
Hari ini aku terlibat lagi membuatkan rumah serta ranjang yang akan ditempati abadi oleh orang yang banyak tidak menginginkannya. Rumah dengan ukuran yang sangat tepat tidak longgar.
Ternyata rumah dan ranjang tersebut sudah ada penghuni sebelumnya. Penghuni yang tidak tahu siapa nama dan kapan menempati tempat tersebut. Hal ini terlihat dari kain yang sudah lusuh dan terlihat sudah sangat lama namun belum rapuh.
Kepala yang dulu sangat dihormati sudah tidak berbentuk lagi, namun guratan-guratan bentuk bulat-oval dari kepala tersebut masih terlihat jelas beserta beberapa jenis tulang yang belum hancur. Gigi geraham dipunguti satu-persatu agar tidak ada yang tercecer.
Gusur menggusur menjadi hal yang lumrah dalam hal ini.
#########
Kembang Sakti
Oleh : Yuliyanto
Hari itu, Jumat 11 September 2020, aku bersama-sama dengan warga sekampung Puluhan Sumber Arum Moyudan, sedang menunaikan tugas sosial yakni menjadi tim penggali kubur.sudah menjadi kebiasaan turun temurun apabila ada yang meninggal maka sekampung bergotong-royong untuk menggali liang lahat untuk pemakaman.
Di sela-sela waktu penggalian, tidak jarang disertai dengan guyonan ringan untuk menghilangkan kejenuhan menunaikan kerja penggalian. Seringkali menceritakan pengalaman waktu kecil, pengalaman waktu saling bermain, tipu-menipu, kejar mengejar, dan segudang pengalaman yang membuat suasana jadi tidak begitu suntuk.
Tiba-tiba ada 1 kawan yang menyetorkan bunga kamboja merah berkelopak 6. Bunga seperti ini tergolong langka, teman-teman diminta untuk memperhatikan bunga yang bertebaran di area pemakaman. Dan memang benar sulit sekali menemukan bunga kamboja merah berkelopak 6. Hampir semuanya berkelopak 5, atau memang kelazimannya berkelopak 5.
Jadilah pembicaraan tertuju pada masa lalu sekitar 40 tahun yang lalu. Ketika sekolah, seringkali aku diajak kakak-kakak untuk belajar di area pemakaman. Selain belajar dengan membaca buku, selalu saja mengincar atau iseng-iseng mencari bunga kamboja yang berkelopak 6. Katanya apabila mendapatkan bunga kamboja kelopak 6 kemudian ditaruh di buku akan menjadi pintar.
Ada lagi yang menyampaikan apabila membawa bunga tersebut dan dipakai untuk berjudi main cliwik (judi dadu tradisional Jawa), maka dipastikan akan menang.
"Aku selalu bawa ketika main judi tetapi ternyata juga nggak pernah menang...... bangkrut iya", begitu kata seorang teman. "Sehingga aku kapok bermain lagi."
Dan ternyata di kampungku, kelihatannya tidak ada orang yang hebat dikarenakan mitos bunga kamboja kelopak 6. Tidak ada yang kaya karena menyimpan bunga kamboja kelopak 6, tidak ada yang juara dan berhasil dalam pendidikan dikarenakan di bukunya ada bunga kamboja kelopak 6.
Tapi kenapa mitos ini yang ditiupkan oleh anak-anak 40 tahun yang lalu masih terngiang walaupun tidak pernah terbukti.
Itulah mitos, mitos kembang sakti yang tidak pernah sakti. Karena sebenarnya tidak ada kesaktian yang terbukti benar-benar sakti. Usaha dan tawakal lah yang lebih menentukan.
Terus menebar kebaikan meluruskan yang bengkok.