Adab Berbicara
Alhamdulillah sekalipun da'da subuh tadi tidak bisa ikut kajian, namun berkat rekaman bunda Fenti kajian tetap bisa disimak walau hanya melalui you tube, dan tidak mengurangi hikmah dan manfaatnya sebagai penyiram ruhani yang gersang. Kajian subuh kali ini bisa kembali bersama sahabat sagusapop yang bisa saya simak melalui rekaman tersebut adalah tilawah Alquran bersama bunda Imas dan dilanjutkan oleh bunda Fenti tentang tafsir Surah AlHujurat ayat 2 yang berbunyi :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ لَا تَرۡفَعُوٓاْ أَصۡوَٰتَكُمۡ فَوۡقَ صَوۡتِ ٱلنَّبِيِّ وَلَا
تَجۡهَرُواْ لَهُۥ بِٱلۡقَوۡلِ كَجَهۡرِ بَعۡضِكُمۡ لِبَعۡضٍ أَن تَحۡبَطَ
أَعۡمَٰلُكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تَشۡعُرُونَ ٢
Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu
melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang
keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain,
supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari".(Q.S. Al Hujurat :2)
Bunda Fenti menjelaskan bahwa ayat berkaitan dengan suatu peristiwa terjadi perdebatan antara dua sahabat dekat Rasulullah SAW, yaitu Abu Bakar dengan Umar bin Khattab. Dalam perdebatan tersebut keduanya mereka sama-sama emosi dihadapan nabi SAW, sehingga turunlah ayat tersebut. Dalam hal benar ada sanksi yang diberikan kepada orang yang mengeraskan suaranya di hadapan nabi SAW. dalma riwayat lain bahwa ketika turun ayat ini ada seorang sahabat yang merasa ayat ini turun untuk menegurnya yaitu Tsabit bin Qais, sehingga ia merasa putus asa. Ternyata setelah rasullullah SAW tahu tentang berita Tsabit bin Qais, baru Rasulullah menjelaskan bahwa beliau termasuk penghuni surga.
Memang dari ayat tersebut sangat jelas sanksi bagi orang yang tidak beradab dihadapan Nabi, karena akan terhapuslah segala amalan seseorang tanpa disadari. namun yang menjadi pertanyaan apakah ini masih relevan untuk saat ini ?. jawabannya adalah tetap relevan sebab kita adalah orang yang beriman bagian dari konsekuensi taat dan patuh kepada Allah dan rasulullanya. maka kita tetap untuk memliki adab ketika berbicara terutama kepada para ulama-ulama dyang terus menyampaikan kebenaran sabagai penyambung dari pada risalah nabi Muhammad SAW. dalam konteks pendidikan seorang murid tidak boleh lebih tinggi suaranya dibandingkan gurunya,karena termasuk bagian adab dalam menuntut ilmu supaya ilmu tersebut berkah. dalam keluarga juga seorang anak haruslah memiliki adab ketika berbicara kepada orang tua, begitu juga ditengah masyarakat yang muda hormat kepada yang tua, yang tua sayang kepada yang muda,sehingga dengan demikian maka akan terciptalah kedamaian dan ketenteraman dalam masyarakat.
Sebagai kesimpulannya adalah adab berbicara lemah kepada orang lain begitu penting untuk diamalkan, karena sanksi yang diterima adalah sangat berat yaitu hilangnya amal kita. sekalipu ayat tersebut pada saat itu tertuju kepada nabi, namun hal ini tetap menjadi satu pelajaran yang berharga untuk umatnya sebagai dasar untuk memperoleh kedamaian karena perkataan yang kasar akan menghasilkan permusuhan, namun lemah lembut langkah awal menuju kedamaian.
#belajarmenulis#menulis#danmenulis#
Paluta,8 Oktober 2021
Miswar harahap
email,misearharahap2014@gmail.com