Belajar IQRA' dan aksi GILA di SAGUSAPOP


H. Arpan, S.Pd.I., M.Pd.

BELAJAR IQRA DAN GILA DI SAGUSAPOP

Maaf ia bu Madame Heddy (Heddy Mochtariza) Iqra disini versi (Shakespeare – Prancis) Al Faqir Lombok NTB yang mengutip pendapat dari Abbas Mahmud al-Aqqad (1889-1964 M), Cendekiawan terkemuka Mesir, sastrawan, kritikus, ulama dan wartawan, dan ibu DR. Fenti Inayati, M.Ag.

Slide ibu DR. Fenti Inayati, M.Ag. pada kegiatan Jumát Mubarok 23/07/21

    Sungguh mengherankan perintah pertama Tuhan kepada Nabi Muhammad dalam wahyu-Nya yakni Iqra ("bacalah!"). Betapa tidak, beliau diperintahkan membaca padahal beliau adalah seorang yang tidak pandai baca tulis. Namun demikian keheranan itu segera akan sirna begitu kita menyadari bahwa membaca adalah tangga menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. 
Perintah pertama itu tidak menyebut obyek bacaan tetapi menyebut motivasi dan tujuan membaca yakni bismi rabbika "dengan atau demi karena Tuhanmu"

SAGUSAPOP (Satu Guru Satu Pola Pembiasaan)

         Sagusapop (Satu guru satu pola pembiasaan) adalah agregasi kanal gerakan moral dengan dakwah bil qalam dan bil hal "Amar Ma'ruf. Amirnya (Founder) adalah motivator ulung, tidak ada kata yang diucapkan kecuali kalimat yang mengobarkan semangat membaca dan mengamalkan bacaan. 

Aksi GILA (Gali Ilmu Langsung Amalkan)
Materi Membuat Flyer dengan PictArt 24/07/21

            GILA (Gali Ilmu Langsung Amalkan) adalah akronim kata motivasi dari seorang founder yang merupakan sikap yang lahir dari ketemunya antara imajinasi dan ide. GILA juga merupakan implementasi instruksi pemimpin seluruh nabi, yakni Nabi Muhammad Saw "Sampaikan dariku walaupun satu ayat"  (Sahihal-Bukhari nomor 3461). "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." (Shahih Muslim nomor 1893)

           Iqra pada mulanya berarti "menghimpun". Jika ada kata misalnya “membaca” maka sebelum kita mengucapkannya dengan lidah atau di dalam benak, Anda sebenarnya melihat ketujuh huruf itu satu persatu terlebih dahulu (M-E-M-B-A-C-A). Setelah itu memperurutkannya lalu menghimpunnya dan seketika itu, setelah terjadi aneka proses yang sangat cepat, lahirlah bacaan yang berbunyi “membaca”. Sungguh luar biasa mata dan otak kita. Sedemikian cepatnya ia bekerja sehingga lahir bacaan. Semakin terbiasa Anda membaca, atau semakin terlatih Anda, semakin cepat pula proses tersebut. 

                          Kegiatan Webinar Sagusapop yang diikuti peserta lintas profesi dan lintas komunitas 06/06/21

        Kanal Sagusapop tidak saja beranggotakan guru, di dalamnya ada pendidik, peserta didik, orang tua peserta didik, dosen, pengusaha, lintas profesi, dihimpun dan berhimpun jadi satu. Siapa saja yang siap dan tulus menerima dan menyebarkan manfaat ada di dalamnya. "Fastabiqul khairot" mari berhimpun dan berlomba menebar kebajikan. 

    Kata iqra juga sangat menakjubkan. Kata ini dalam aksara Arab terdiri dari huruf-huruf qafra dan hamzah. Ketiga huruf tersebut, betapapun diotak-atik susunannya, dia tetap mempunyai makna. Mendahulukan huruf hamzah disusul dengan qaf dan ra sehingga terbaca aqarra yang antara lain bermakna "mengakui" atau "mantap dan tenang". Mendahulukan hamzah lalu meletakkan huruf ra di tengahnya dan huruf qaf di akhirnya, sehingga terbaca ariqa, yakni "gelisah" atau "sulit tidur".
        Kesemuanya dapat mengisyaratkan bahwa kalau tidak membaca, maka akan gelisah dan kalau gelisah maka tak dapat tidur dan ketika itulah tidak akan merasakan ketenangan. Sebaliknya kalau membaca, maka akan tenang, akan memperoleh pengetahuan dan kehidupan. Ketika itu ketenangan yang ditahu melalui insting, bahwa kita lapar maka kita bergerak untuk mencari makan. Kalau tidak tahu, misalnya, tempat merasakan ketenangan maka pasti akan gelisah, tidak menemukan bukan saja tempat tidur, tetapi juga tidak dapat tidur. Demikianlah membaca kita lakukan supaya kita tahu. Seseorang tahu supaya tidak gelisah (ariqa) dan bila dia tidak gelisah, maka dia akan tenang dan mantap (aqara/istiqarra). Membaca sebagai Lambang Tindakan Selanjutnya perlu diketahui bahwa kata iqra digunakan untuk obyek apapun.

Slide ibu DR. Fenti Inayati, M.Ag. pada kegiatan Jumát Mubarok 23/07/21

            Kita dituntut oleh kata pertama dalam wahyu itu untuk membaca apa saja yang tertulis atau yang terhampar, yang buruk pun boleh dibaca selama motivasinya adalah bismi rabbika. Makanya seorang arif pernah berkata: Aku berusaha tahu yang buruk, bukan untuk melakukannya, tetapi untuk menghindarinya. Siapa yang tak mengenal keburukan, maka dia dapat terjerumuskan ke dalamnya. Mari kita penuhi tuntutan Allah yang memerintahkan membaca, dan mensyukuri anugerah-Nya itu dengan mengamalkan tuntunan-Nya. Dia memerintahkan Nabi-Nya, dan termasuk juga kita semua, bahwa iqra bismi rabbika yakni bacalah dengan nama atau demi nama Tuhanmu. Menurut Syeikh ‘Abdul Halim Mahmud, mantan pemimpin tertinggi Al-Azhar Mesir, yang juga guru dari penulis, pernah mengatakan: “Membaca disini adalah lambang dari segala apa yang dilakukan oleh manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian dan jiwanya ingin menyatakan 'bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu'. Demikian pula jika berhenti bergerak atau berhenti melakukan sesuatu aktifitas, maka hendaklah hal tersebut didasarkan juga pada bismi rabbika, atau "jangan/tidak lakukan itu demi karena Tuhanmu! Berhentilah melakukan keburukan demi karena Tuhanmu, dan seterusnya’, sehingga pada akhirnya ayat tersebut berarti ‘jadikanlah seluruh kehidupanmu, wujudmu, dalam cara dan tujuannya, kesemuanya demi karena Allah." 

        Kanal sagusapop adalah kanal gerakan moral, berhijrah dari buta IT menjadi melek IT. Menjalankan fungsi Waratsatul ambiya' (Pewaris para Nabi) dan Khalifah Fil Ardli. Ulama katakan "Meski seluruh penduduk dunia ini semuanya menjadi kafir, tidak satupun yang tersisa menyembah Allah Swt maka Allah Swt tidak akan lagi turunkan Nabi untuk mengajaknya kepada kepabikan karena risalah kenabian sudah ditutup dengan kehadiran Nabi Muhammad Saw" sebagai khatamul ambiya'. Kewajiban meneruskan dakwah beliau diamanahkan kepada kita ummat beliau. Sagusapop melakukan gerakan dakwah bil qolam dan bil hal adalah implementasi dari perintah Allah Swt melalui qalam suci-Nya.

            Tokoh ini (Abbas Mahmud al-Aqqad 1889-1964 M), pernah menulis bahwa ia membaca karena tanpa membaca maka hidup hanya satu, sedangkan ia hendak hidup lebih dari satu hidup. Yang dapat memberi hidup lebih dari satu hidup hanyalah bacaan, karena dengannya hidup semakin bermakna dan semakin dalam. Abbas Mahmud al-Aqqad pernah menulis: “Ide Anda hanya satu, demikian juga perasaan dan imajinasi. Tetapi bila hal itu bertemu dengan ide, rasa dan imajinasi yang lain, maka ketika itu yang lahir bukan hanya dua ide, rasa dan imajinasi, tetapi banyak sekali sehingga tidak terhitung jumlahnya. Ini serupa dengan seorang yang duduk di antara dua cermin. Ia tidak melihat hanya satu gambar dirinya, tidak juga hanya dua, tetapi banyak sekali pandangannya ke seluruh penjuru cermin itu. 

                Di dunia perasaan pun begitu. Jika menggabungkan perasaan kita dengan perasaan orang lain, maka gabungan cinta itu akan berkembang dan berkembang sehingga meluap ke mana-mana. Nah, demikian juga dengan membaca. Betapapun manusia makan, maka dia tidak dapat memenuhi kecuali memenuhi satu pencernaannya saja. Betapapun dia berpakaian, maka dia tidak dapat menutupi kecuali satu jasadnya. Betapapun dia dapat bepergian ke mana saja, namun dia hanya bisa berada di satu tempat saja. Tetapi bila dia membaca, maka dia dapat mengumpulkan sekian banyak ide, rasa dan imajinasi dalam benaknya dan dengan demikian dia tidak hanya memiliki satu hidup saja”. Kendati demikian, tidak bisa tidak, kita tidak boleh hanya sekadar membaca tanpa berpikir. Membaca tanpa berpikir bisa menjadikan seseorang bagaikan pecandu narkoba, yang berusaha lari dari kenyataan, merasakan kenikmatan sesaat, sambil lupa berpikir tentang akibat apa yang dimakannya itu. Jangan sekali-kali juga berkata, “Tidak ada waktu untuk membaca”. Ini adalah ucapan nafsu yang membohongi diri sendiri. Anda dapat membaca di bus, di kereta api, di stasiun bahkan di kamar kecil apalagi di kamar yang besar. Anda tidak harus juga menggunakan waktu yang banyak. Kalau kita membiasakan diri membaca, maka Kita dapat membaca sekitar 300 kata -- bukan huruf -- dalam semenit. Ini berarti dalam 15 menit anda dapat membaca sekitar 4500 kata. Dalam sebulan, jika hanya menggunakan 15 menit itu, Anda dapat menyelesaikan 126.000 kata. Kalau rata-rata satu buku saku memuat sekitar 6000 kata, maka itu berarti setiap bulannya Kita dapat membaca dua buku. Ini baru dengan menggunakan waktu 15 menit. Tetapi, kendati sudah sangat rajin membaca, jangan berpikir dengan membaca 24 jam sehari kita dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Kita masih akan sangat jauh ketinggalan. Memang sejak dahulu peribahasa Arab pernah mengilustrasikan pengetahuan dengan kalimat: “Berilah dirimu semua kepadaku, nanti akan kuberikan padamu sebagian diriku”. Sungguh sangat wajar sekali Allah memulai wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad SAW dengan perintah membaca. Kini semakin terbukti bahwa hanya orang dan masyarakat yang membaca yang dapat hidup sejahtera. Semoga kita termasuk di antara mereka. Amin.




Nama : H. ARPAN, S.Pd.I., M.Pd
Tempat Tgl Lahir : Lombok Tengah NTB, 31-12-1969
Tempat Tugas : SDN Taken Aken Desa Lekor Kec. Janapria Lombok Tengah NTB








Post a Comment

Lebih baru Lebih lama