INILAH 5 PRINSIP THE POWER OF FEEDBACK OLEH KETUM IGI DANANG HIDAYATULLAH (Bag.2)


     Dalam membangun program diskusi bersama yang sangat bermanfaat bagi semua anggota IGI tercinta, maka Mas Danang mengawalinya dengan mengupas sebuah buku The Power of Feedback. Hal ini diraharapkan sebagai umpan balik bagi pembangunan IGI kedepannya dengan memperhatikan feedback-feedback dari berbagai kalangan agar program-program dengan feedback-feedback bisa tepat sasaran dan menggerakan.

Kelima prinsip The Power of Feedback yakni:

1.     Asking others for input increases their expectation that you will change in a positive way.         

Meminta masukan dari orang lain meningkatkan harapan mereka bahwa kita akan berubah secara positif. Banyak yang menerima umpan balik mengubah umpan balik itu untuk menjadi suatu perubahan yang terukur. Namun, ada juga yang lain menerima umpan balik itu sebagai persepsi untuk jangan berubah. Ini membuat frustrasi tidak hanya mereka yang menerima umpan balik, tetapi juga mereka yang memberikan umpan balik. Hal ini akan mengarah mengarah ke prinsip kedua.

2.     If you receive feedback but do not change for the better, you will be perceived more negatively than if you had not received feedback.

Jika kamu meminta umpan balik dari seseorang tetapi tidak melakukan seperti umpan balik tersebut, maka kamu akan dipersepsikan lebih buruk dari sebelumnya. Kamu dapat memilih umpan balik negatif  dengan mengabaikan atau menolaknya. Ketika orang menerima umpan balik, mereka bereaksi. Reaksi mereka dapat berkisar dari sangat negatif hingga sangat positif, atau mungkin tidak terlihat reaksi sama sekali. Terlepas dari reaksinya, maka masuk ke prinsip ketiga.

3.     You will not change what you do not believe needs to be changed

Kamu tidak perlu merubah apa-apa yang tidak kamu percayai atau yakini untuk diubah atau kamu anggap sudah baik dan tidak perlu diubah meski itu dari sebuah umpan balik seseorang. Mereka yang menerima umpan balik dan kemudian membuat perubahan atau penyesuaian dalam perilaku mereka menjadi orang yang lebih baik karena umpan balik itu merupakan umpan balik positif bagi diri. Kamu lebih mengetahui apa yang terbaik bagi diri, semua harus dikembalikan pada kepercayaan diri mana yang harus diubah mana yang tidak perlu diubah.

4.     Rather than accept criticism, we tend to denounce not only what is said, but those who say it.

Saat menerima sebuah kritikan, kita cenderung menilai itu dari siapa orang yang mengatakan daripada isi yang disampaikannya. Kebanyak orang melihat umpan balik itu dari sisi subjektif orang yang memberi umpan balik tersebut bukan pada isi atau konten dari umpan balik itu sendiri. Kecenderungan rasa suka pada orang pemberi umpan balik sangat mempengaruhi penerimaan umpan balik itu.

Saat manusia beranjak dari masa kanak-kanak menuju dewasa, proses pendewasaan menjadikan kita lebih efektif sebagai orang dewasa daripada kita adalah sebagai anak-anak. Namun, karena anak-anak sudah bertahun-tahun berlatih dalam penyangkalan, kebanyakan dari mereka banyak lebih efektif dalam menerima umpan balik daripada orang dewasa

5.     All perceptions are real, at least to those who own them.

Semua persepsi itu nyata, setidaknya bagi mereka yang memilikinya. Ketika kamu menerima umpan balik dari persepsi orang lain, kamu bisa percaya menerimanya sebagai upaya perubahan diri karena itu mempengaruhi persepsi kamu sendiri. Jika kamu merasa tanggapan tidak perlu berubah berdasarkan persepsi itu tidak merubahan diri, kamu mungkin benar, atau kamu mungkin bisa menyangkal atau mengabaikan meski itu beberapa data itu juga menjadi persepsi yang nyata bagi diri.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama